Proyek Khayalan

ammmmmm…. i let try to tell you to know this my mind :

Di suatu hari yang mendung diikuti kemudian rintikan hujan, bau bau basah menyembul kala itu dan di balik dinding rumah nampak ada seorang remaja tengah tersenyum ria menatapi suasana luar dari balik jendela kacanya. Dia adalah Raisa si buruk rupa ehh bukan sihh rupanya tidak seburuk itu sebenarnya.

Raisa adalah anak remaja kelas X di SMA Merdeka. Kesehariannya menonton, tidak suka menyibukkan diri di dunia telpon menelpon sang pujaan hati karena memang tidak punya haha dan dia tidak suka hal yang  berbau make up seperti kebanyakan temannya karena ia pikir itu akan menarik perhatian makhluk lawan jenis, seperti yang telah disabdakan Rasulullah bahwa menarik perhatian itu tidak baik.

Sebenarnya tak satu pun yang ia mengerti dari sekian banyak teman-temannya ketika sudah bicara di kelas tentang idola mereka yang dari negeri ginseng. Hampir-hampir ia bingung menentukan mana yang jadi pendengar, mana yang jadi komunikan ketika teman-temannya masing-masing pletak pletok berucap lebih dari 500 kata , MUNGKIN. Raisa hanya ikut terrenyum di tengah kegandrungan saat-saat seperti itu.Bukan tak suka, Rasia hanya lebih senang dengan hal lain, hal itu tentang seseorang  di hadapannya di beberapa senja.

“Raisa, kemarin aku putus sama dia, dia selingkuh dari aku. Kamu taukan sakitnya itu, Raisa? Sakitnya tuh di sini…” Curhat seorang teman Raisas sembari menangis seperti anak SD di depan Raisa.

Ya sudahlah, Ern itu artinya dia gak baik buat kamu. Nanti kita car lagi yang baru, ok?” Canda Raisa.

“Yee.., kamu sih gampanag ngomong begitu, ngelupain dia gak semudah yang kamu pikirkan, dia adalah nafas hidupku” Ern membantah kesal ucapan Raisa tadi.

“Ya ampun Ern, dia itukan cuma Idola kamu, di tv pula. Ngapain juga sih kamu harus nelangsa kaya gini?”

“Tapi kan aku suka banget sama dia, masa dia harus pacaran sama si itu? Yang sot cantik. Aku belum siap Raisa…. Apalagi kalau sampai dia menikah”

Raisa cuma bisa memangku dagunya dengan satu tangan di atas meja, mencoba memahami kondisi seseorang yang sedang ada di depannya sementara tangis  Ern semakin jadi. Dari sini  Raisa menyadari antara rasa suka, cinta, dengan ngefans itu hampir sama, tidak jauh berbeda, ada sama-sama rasa  sakit saat semua terlihat seperti penolakan.

Di rumah, kebiasaan Raia pun hanya sedikit, Raisa lebih sering menulis dan ngetwit di sosmed. Kadang ia senyam-senyum sendiri, kadang pula meneteskan airmata sendiri, bahkan marah-marah sendiri, sampai-sampai ibunya yang memperhatikan berucap seperti ini

“Raisa…., hapenya jangan dimarah-marahin dong! Dari pada digituin mending kasih ke ibu aja…”

“lah.. ibu…  –__–

Hal yang membuat Raisa tersenyum hanya satu, hal yang membuat Raisa menangis juga hanya satu, hal yang membuat Raisa marah juga sama, hanya satu.

Hal itu adalah tentang seseorang yang disebut DIA.

DIA bukanlah kekasih Raisa, bukanlah teman Raisa, dan bukan pula seperti yang diidolakan oleh teman-temannya di sekolah. DIA adalah seseorang  yang manis di beberapa senja hari bagi Raisa.

Raisa tersenyum ketika timeline twitternya dipenuhi twit DIA yang berisi hal-hal lucu dan ketika DIA pun membalas salah satu mention Raisa. Ya hanya salah satu.

Raisa meneteskan airmata ketika timeline itu berisi bahwa DIA tak pernah sama sekali tahu ada Raisa yang terluka membaca twitnya tentang orang lain, dan Raisa marah, ketika DIA masih mempertahankan orang itu saat DIA terluka.

Jadi selama ini Raisa adalah???? Ya, Raisa adalah SECRET ADMIRER, Stalker, dan kata-kata kutukan alay yang lainnya.

Betapa bodohnya orang seperti itu. Apa Raisa perduli??? Maka jawabannya adalah TIDAK, sebab cukup lama Raisa mengerti, diam adalah cara mencintai tanpa mellukai DIA.

Ini bukanlah keegoisan, tapi memang pada dasarnnya perempuan tak pernah cukup mampu mengutarakan perasaannya. Kendati demikian, kebahgian di balik itu semua juga jtentu ada. Bersabarlah para secret admirer….

#Ku sebut ini RAHASIA yang kemudian kamu tau, setelah dunia benar-benar beku…

atau yang kemudian kamu tetap di sampingku jauh, tanpa dunia..

Pada suatu waktu…, Raisa tertegun ketika DIA dihadapannya sedang tersenyum fan melambaikan tangan nampak ke arah Raisa. Namun baru saja Raisa hendak membalas tangan itu seseorang debelakangnya menyebut nama DIA. Rupanya senyuman dan lambaian itu bukan untuk Raisa, melainkan orang di belakangnya.

Sontak Raisa terkejut  dan buru-buru mengalihkan gerakannya seolah – olah Raisa menggaruk-garuk telinga.

“ehhh nyamuk, bikin gatal aja” Kilah Raisa yang mencoba menyembunyikan ekspresi sebenarnya.

Kejadian di depan gang itu membuat Raisa berjalan pelan menuju rumah. Sesaat menoleh ke belakang, memandangi 2 onggok tubuh menjauh dari penglihatannya dan sebuah genggaman sepasang tangan nampaknya sukses membuat api cemburu Raisa menjadi..

Di rumah, Raisa menjadi bengong, tidak ada hal yang yang dilakukannya kecuali berpangku tangan di balik jendela kamar, memandangi bintanf-bintang yang menghias suasana malam kala itu.

“Klik-klik” Hape Raisa berbunyi tiba-tiba. Raisa malah menoleh sebentar ke handphonennya seolah tak ada niat untuk membaca pesan di sana. Raisa memang bukanlah remaja pada umumnya yang senang smsan, jadi Raisa berpikir bahwa mungkin itu hanya pesan dari operator.

“Ding dong ding dong ding dong dong” Kali ini hp Raisa berbunyi lagi, namun bukan sms melainkan panggilan telepn.

“Hallo…” Akhirnya raisa meraih handphone itu..

“Hallo, Raisa ini aku, Ern masuk rumah sakit tadi”

Ternyata itu telepon dari teman sekolah Raisa yang sedang mengabarkan hal penting, namun nampaknya raisa kurang mengupdate informasi di awal

“ohh gitu,,, ” Santainya Raisa menjawab.

namun beberapa detik setelah itu Raisa mulai menyadari hal aneh,

“Apa kata lu barusan? Ern masuk rumah sakit? bukannya tadi siang dia baik-baik aja?” Tanya Raisa kemudian yang baru tersadar atas informasi tersebut.

“Sompet luuu Raisa…! Lambat banget tanggepnya… Jadi giniii… Ern tadi bepergian dari rumahnya, dia berangkat dari jam 4 sore, sebelum itu dia sempat menurunkan kucing di atas pohon depan rumahnya.”

“Stop.. Ca stop.. bahasa lu terlalu kronologis. Mending ke pointnya ajha, atau gww tutup ni telp..?”

“Ett dah lu Ra… iya, iya, tadi gw ngomong sampai mana?”

“Jadi lu mau ngabarin gw tentang Ern atau mau mempraktekan betapa bodohnya gw dihadapan lu?” Dari kata-kata itu, emosi Raisa mulai memuncak, sementara pertanyaannya tak terjawabkan.

“Sorry Ra, gw terlalu kebawa peran, sebenarnya tadi Ern mencoba bunuh diri dengan mencoba menyodorkan dirinya ke jalan raya. Tapi, bukannya ketabrak sama mobil di jalan raya itu melainkan ketabrak sama gerobak pentol dari arah samping yang kebetulan lagi ada rajia pedagang kaki lima, semacam buru-burulah tukang pentol itu. Dan al-hasil, Ern berhasil ketabrak dan jatuh, kakinya ketindis roda ntu gerobak dan lebih parahnya ntu tukang pentol melarikan diri.” Chaca pun serius menjelaskan tak lagi seperti sebelumnya.

“Jadi posisi rumah sakit Ern sekarang di mana?” Raisa bertanya kebali

“Rumah sakit Nusa Bangsa, jl Kusuma no 46”

“Ok, Thanks”

Percakapan telepon itu pun berakhir, namun rasa was was Raisa belum padam. Raisa memutuskan menjenguk Ern. Buru-buru Raisa mengganti baju, tanpa bercermin dan make up, namun baru ia akan membuka pintu kamar, sontak Raisa terhenti dn melangkah mundur menoleh ke sisi kanan, lalu diraihnya senter di atas meja belajarnya.

“Maaa,,,, Teman Raisa masuk rumah sakit tadi, jadi Raisa mau nengok dia sekarang, jadi Raisa boleh jalan ya, ma??” Raisa meminta izin pada ibunya untuk ke rumah sakit sambil berlari-lari menuju pintu depan

“ehh…, jangan buru-buru kalo jalan, kalo memang benar boleh ko tapi jangan lupa berdoa” Ingat Ibunya Raisa kepada anak satu-satunya itu yang gesit tidak ketulungan.

“iya, ma iya, assalamualaikum…”

“wa alaikum salam… Ra, Sa, Raisa kalo pulang bawain martabak ya…” Ucap beliau setengah berteriak sebab Raisa sudah di luar rumah secepat kilat (Ehhh ga deng). Raisa meraih sepeda (ontel)nya dari garasi, segera Raisa, mengayuh pedalnya.

Tepat hampir mendekat pintu gang, Raisa seoalah melihat bayangan yang begitu besar menyusuri tembok rumah-rumah orang di sekitar itu. Sebenarnya, Rasia merasa takut dan untuk mengurangi rasa takutnya, Raisa menutup mata dan akan dibukanya setelah melewati pintu gang. Sementra sepeda Raisa tetap dikayuhnya pelan. Tiba-tiba saja sepeda Raisa seperti ada yang menghentikan dari depan. Pelan-pelan Raisa membuka matanya, diliriknya dari ujung kaki perlahan, Raisa sudah mulai terkejut diperkirakan makhluk di depannya adalah monster rawa-rawa karena berlumuran lumpur, hampir tak menandakan bahwa makhluk itu adalah bangsa abad sekarang dan tiba pada saat ke arah wajah, Raisa terkaget bukan main sampai ia taksadar berteriak cukup keras.

“AAAAAaaaaaaaa……” Raisa histeris saat itu..

“Ehhhhh ehh.. maaf, maaf bukan maksud gw buat nakutin, gw manusia kok cuma tadi kecebur di go g got maksudnya” Makhluk itu mencoba menerangkan yang sebenarnya.

“Gw gag percaya, lu pasti alien!!!, AAAAaa” Raisa sekenanya menerka dan lanjut berteriak..”

“bukan…” Elak orang tersebut

“Oh jangan-jangan lu pencuri di  komplek ini kan??? dan pura-pura berpenampilan seperti itu supaya tidak ada yang mengenal…??? aduhhh bagaimana ini” Raisa malah semakin berpikir jauh dan membuatnya takut terlihat saat ia menutup mulutnya dengan kedua tangan.. Namun orang yang dituduhnya itu tidak ingin ada kesalah pahaman

“Bukan… Bukan separah itu koq,  gw tadi kecebur di got waktu pulang dari ngedate sama pacar gw, bukan kecebur sihhh tapi didorong orang lain yang ngaku pacarnya pacar gw di tengah jalan, tapi kalo loo ga percaya, lu boleh lihat foto ini, itu foto gw waktu masih keren ehh maksudnya waktu ga kena lumpur kayak gini” Makhluk itu menjelaskan identitasnya dan merogoh selembar foto dari dompetnya, kemudian ia berlalu dengan wajah tertunduk dan pasrah seolah ia telah benar-benar mengalami kekecewaan terberarat hari ini.

Raisa menjadi terdiam setelah mengambil foto itu namun ia tak punya waktu untuk memperhatikan foto tersebut dan hanya menyimpannya ke dalam kantong baju karena kemudian Raisa ingat akan Ern yang saat ini berada di rumah sakit dan Raisa pun ikut berlalu tanpa berkata apa pun

Tiba di rumah sakit….

“Ern, Lu apa-apaan sih, hidup lu itu masih panjang” ucap Raisa seketika sampai di kamar tempat Ern di rawat.

“terserah lu Raa….” Jawab Ern,parah..

“Gini yaa Ern, hidup kalo diakhiri dengan bunuh diri lu gak akan pernah tau apa sebenarnya yang akan terjadi ke depan…” Raisa mencoba untuk mengulurkan nasihat pada sahabatnya itu.

“Hah??? siapa yang….. lu pikir gw mau bunuh diri?? Sompret lu Ra! Bantah Ern yang tidak terima dikira ingin mengakhiri hidupnya dengan hal yang  konyol.

“Lhaa terus tadi yang diceritain Chaca ke gw? ” Raisa pun meyakinkan kembali sambil menghempaskan tangannya ke kaki Ern dan sontak Ern berteriak “AAAAAaaaaa” Tega lu Ra, iniiii kaki gw yang sakit” Ern menysalkan perbuatan Raisa yang sebenarnya tidak sengaja.

“ehhhh sorry Ern, khilaf… hehehe”

“Nih dengerin yaa Ra, gw bukannya mau bunuh diri!! Gw tadi ngeliat ada anak kucing di seberang jalan dia hampir keinjak sama kaki-kaki orang yang berlalu lalang. Nah saking kasian dan paniknya gw lupa berhati-hati hingga akhirnya…. U know lahh… sekarang gw berada di sini dengan proses kejadian yang agak konyol” Ern menerangkan pada Raisa yang ternyata agak sedikit trnganga.

“ohhhh gitu ya Ern…” Raisa ini mulai mengerti apa yang terjadi sebenarnya.

Dari kejadian itu timbulah suatu pelajaran bahwa apa yang kita lihat tidak selalu seperti kejadian dan maksudnya.

Di ruang itu Raisa mulai bercakap-cakap dengan Ern masalah yang lain. Raisa mencoba menghibur Ern dengan berbagai lelucon.

“Bwahahahahaa lu kayaknya perlu difoto buat dokumentasi” Ujar Raisa pada Ern seketika

“Nah boleh.. boleh.. cepetan lu fotoin gw heehe” Ern ternyata setuju dengan pendapat Raisa meski pun sebenarnya kakinya terasa sakit , namun seolah tak dihiraukannya dan malah Ia memasang Phose yang agak Narsis, ehmm maklumlah sifat-sifat anak alay zaman sekarang wwkwkkkwkwkk

Gaya yang dikeluarkan Ern pun bervariasi mulai dari gaya so cool, sampai kaki diangkat-ankgat, darri lidah dikeluarin sampai kegigit-gigit.. #ehhhh

Tiba-tiba Raisa teringat sesuatu, semacam ada yang dilupakannya sesaat tadi. Yaaa foto! Foto Ern yang belum dicetak ehh bukan tapi foto seseorang yang teramat misterius di jalan tadi. Raisa merogoh benda itu di kantongnya lalu diangkatnya tinggi-tinggi berusaha menerawang ke cahaya lampu siapa sebenarnya seseorang tadi. Ern yang terheran melihat tingkah Raisa yang aneh tersebut mengerutkan keningnya, ia memang tidak tahu kejadian yang sebenarnya. Sementara Raisa masih terus memandang foto tersebut, nampaknya Raisa pernah bertemu dengan seseorang itu, entah siapa tapi yang pasti orang itu tidak dikenal Ern.

“Jadi itu loe” Dalam hati Raisa bersuara…

“woyy kesambet lu Ra?” Tegur Ern yang kurang sabaran bertanya “Siapa sih??” Tanya Ern..

“ohhhh itu foto tersangka pencuria kemaren” Sekenanya Raisa menjawab dengan tak sebenarnya (makna konotasi). Maksud Raisa sebenarnya adalah orang itu Pencuri hatinya sejak kemarin.

“Ohhh yaa Ern gw pulang dulu yahh, orang tua lu kan juga ada di sini buat jagain lu, Raisa buru-buru berpamitan ingin pulang.

“Ok Ra, lu hati-hati di jalan dan lu juga harus waspada lu bilang tadi kan ada pencuri” Ern mengijinkan Raisa pulang denga kata-kata yang hampir ditertawkan Raisa karena itu membuat Raisa berhasil berbunga-bunga.

“ahhh lu baik banget Ern… Ok deh tapi gag papa koq kalo gw ketemu pencuri itu hehehehee” Jawab Raisa

“Hah maksud lu Ra???” Ern bingung dengan jawaban Raisa tersebut.

“ehhh maksudnya makasih Ern udah ngingatin, gw akan hati-hati” Raisa tergagap menjelaskan pertanyaannya sebelumya. Raisa lalu pulang setelah itu.

Dengan hati berdebar-debar, menyusuri dinginnya malam kaki Raisa mengayuh kencang pedal sepedanya menuju pulang. Di perjalanan itu Raisa tak henti-hentinya terbayang wajah di foto itu. Bahkan sampai Raisa berada di kamarnya dengan tidak memperhatikan panggilan ibunya padahal ibunya sebelum dia pergi ke luar ada pesanan yang dititipkan pada Raisa.

“Yaa ampunnn tadi kayak ada yang manggil dehh, siapa yaa???? Faaakkkk itu kan mama tadi” Raisa baru saja menyadari setelah sekian menit terbuang percuma oleh bayangan makhluk di jalan tadi. Dengan cengengesan Raisa pun segera beranjak dari persemediannya menuju luar kamar.

“ehhh mama hehehe.. Sorry ma tadi Raisa lupa beli martabak mama soalnya Raisa masih syokk *syok dengan makhluk itu padahal* Raisa menjelaskan hal itu dengan muka so polos dan ketawa-ketiwi

“Ohhh gitu yaa, pantesan waktu jaman mama dulu mantan mama lupa gitu sama mama gara-gara temennya juga kecelakaan, yaudah kamu tidur ajha gih,,” Begitu reaksi ibunya Raisa yang tak terbantahkan.

“-____- bagus ceritanya ma bisa dibikin teks eksposisi ” Dalam hati Raisa

Terakhir dari percakapan itu Raisa cuma bilang terima kasih pada ibunya lalu langsung tidur.

Pagi ini adalah hari ke 7 setelah kejadin Ern. Pagi tanpa basa-basi di mana orang-orang dengan kesadaran yang normal mengikat keterjagaannya dari istirahat semalam. Senin, di bulan ke tiga. Di bulan ini banyak sekali siswa-siswi Indonesia yang sibuk, mereka tentunya harus mempersiapkan banyak hal untuk menghadapi Ujian Nasional yang katanya lebih dari film horor mana pun. Berbeda dengan Raisa, Ia nampak santai di tempat tidurnya tak ada kesalahan yang nampak ia sesali sedikit pun kecuali radar 12 detiknya yang hari ini harus terhenti. Kenapa??? Ia tidak pergi ke sekolah, biasanya radar 12 detik itu terjadi setiap sore saat pemilik mata berwarna coklat itu pulang sekolah. Mata coklat itulah yang menerima radar 12 detik, radar yang cukup kuat untuk ukuran mata coklat Raisa. Jatuh Cinta setiap 12 detik. Apa hanya saat itu Raisa jatuh cinnta???? Bukan itu maksudnyaa…, Raisa merasa tak ada yang dapat ia kurangi dari 12 detik itu berlalu, semakin ke sini semakin Ia takluk akan radarnya. Maka, setiap 12 detik rasa itu mengalami regenerasi, semacam terjadi siklus yang berulang-ulang semakin aneh dan tak tahu harus bagaimana Ia mengendalikan. Raisa tak pernah berpikir sebelumnya, ada radar seperti itu dalam hidupnya. Ahh tapi ini memang terlalu palsu bagi siapa pun yang tak ingin mau tahu.

“Huaammmm ini hari apa yaa??? Kenapa liburan ini bikin gw pelupa. Jangan-jangan gw adalah seorang pengidap Alzheimer?? Duhhh gmna nihhh…., mmm tapi siapa takut sama alzheimer?? Gw kan punya radar 12 detik heheheee…” Inilah gilanya Raisa jika diperhatikan, dia bicara sendiri pagi itu dengan tubuh yang masih membentang dari lempengan sumatera sampai papua berbanding dunia, atau dapat disebut dengan nama yang tidak asing “tempat tidurnya yang menyempit”. Kadang, apa yang Raisa ucapkan jarang sekali ia pikirkan sebelumnya bahkan Ia khawatir akan penyakit Alzheimer, padahal penyakit itu hanya akan menyerang saat manusia sudah berusia lanjut dan itu pun terjadi pada orang tertentu. Menyangkut penyakit itu, Alzheimer adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi kehilangan daya ingat dalam hidupnya secara berangsur-angsur hingga membuat penderitanya mengalami kematian atas penyebab penyakit tersebut. Bahkan penderita penyakit ini akan lupa siapa keluarganya.

“Raisaaaa….. Ini sudah jam berapa?? Kamu mau jadi apa  nanti, bangunnya dicepetin dong… –__– *glekk *” Ibu Raisa meneriaki putrinya itu yang Ia pikir Raisa terlalu pemalas seukuran makhluk berjenis perempuan. Namun Ibu Raisa terhening sesaat, menerima kondisi kamar Raisa yang tak ada penghuninya.

“–__– kemana makhluk itu bersembunyi” Benak ibunya… Makhluk??? hahaha begitulah Raisa berjuluk di mata seorang Ibunya.

Krik…krikk.krikk.. bunyi jangkrik settingan malam hari mempengaruhi suasana itu tiba-tiba hingga dari arah datangnya sinar matahari pandangan Ibu Raisa silau dan bergerak mengikuti jatuhnya bayangan benda di dinding kamar Raisa. Ada seonggok bayangan yang terbentuk di sana, tubuh Makhluk planet yang tak diakui, Raisa. “Kenapa Raisa hanya dalam bayangan??” Benak ibu raisa sejenak, memusingkan 2 otak kiri dan kanannya. Mendekat pelan, mendepakkan kakinya ke lantai secara endap. Ia berpikir mungkin putrinya telah benar-benar bergabung dengan alien (wow keren),

“Apa ? Apa kau tak pernah mendengar ini? ini adalah satu-satunya Radar 12 detik yang aku punya. Kamu boleh memilikinya sekarang” Adakalanya suara Raisa terdengar demikian, sedang Ibunya penuh dengan tanya yang tak normal. Ini menjadikan pikiran Ibunya semakin mengarah tentang Alien, sekali lagi Ia berpikir bahwa Raisa kini sudah dapat bicara dengan salah satu dari mereka.

“Tertangkap kau sekarang, mahkluk pencuri manusia” Sembari berloncat kearah sumber bayangan tadi, Ibu Raisa bersemangat menangkap ketidak normalan yang ia pikirkan sejak tadi di tempat itu.

*Glekk* Namun, dengan 3 kedipan Raisa terhening, terbungkam suasana.

“Apa yang terjadi??” Benak Raisa setengah terkaget.

“Mama kenapa? kenapa aku ada di bawah ranjang begini??” Raisa mencoba bertanya pada Ibunya yang pasti lebih tau keadaan saat ituu.

“Ehhh ga ada apa-apa. hehehehee mama cuma pengen ngagetin kamu koo.. ehh iya kamu tidurannya udah yaa ini udah siang ga ada alasan malas malasan meski libur. Cucian kamu harus kamu selesein sendiri, lagian kamu kan harus nemeni mama ke pasar hari ini.” Point Ibunya pada Raisa cukup mendesak ketidak siapan Raisa. Raisa tak mendapat jawaban apa yang terjadi pada dirinya sedang Ibunya masih merasa malu diam-diam karena ketidak normalan tadi ternyata kenyataannya adalah Raisa terjatuh dari tempat tidurnya tanpa Raisa sadari dan sampai Ia puas bermimpi hingga terdeskripsi dalam igau bukan karena Alien yang seperti imajinasi Ibunya.

#lagi ngetik yang lain, ini belum selesai.

belum bisa lanjutin ini sekarang..

Tinggalkan komentar